PEMBAHASAN
AMTSAL AL-QUR’AN
A. PENGERTIAN AMTSAL
Secara estimologis, matsal adalah bentuk jamak dari kata matsal dan kata mitsal yang berarti misal, perumpamaan, sesuatu yang menyerupai dan bandingan. Sedangkan secara terminologis, matsal adalah suatu ungkapan perkataan yang dihikayatkan dan sudah popular dengan maksud menyerupakan keadaan yang terdapat dalam perkataan itu dengan keadaan sesuatu yang karenanya perkataan itu diucapkan. Maksudnya adalah menyerupakan keadaan atau sesuatu dengan apa yang terkandung dalam perkataan itu.
Kata matsal digunakan pula untuk menunjukkan arti “ keadaan “ dan “ kisah yang menakjubkan “. Dengan pengertian inilah ditafsirkan kata-kata matsal dalam sejumlah besar ayat. Misalnya dalam firman Allah:
“ (Apakah) masal surga yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya….”
Maksudnya adalah kisah dan sifat surga yang sangat mengagumkan.
Menurut Zamakhsyari dalam kitabnya Al-Kasysyaf, masal menurut asal perkataan mereka berarti al-mist dan an-nazr ( yang serupa, yang sebanding ). Kemudian setiap perkataan yang menyerupakan sesuatu, seseorang atau keadaan dengan “maurid’ atau apa yang terkandung dalam perkataan itu disebut masal. Dan kata masal menurut Zamakhsyari dipakai untuk menunjukkan keadaan, sifat atau kisah yang apabila ketiganya dianggap penting dan mempunyai keanehan.
Menurut ulama Bayan, Masal adalah majaz murrakah yang ‘alaqahnya musabahah jika penggunaannya telah popular. Dikataan pula, definisi masal ialah menonjolkan sesuatu makna ( yang abstrak ) dalam bentuk indrasi agar menjadi indah dan menarik.
Menurut Ibnul Qayyim, mendefinisikan amsal Qur’an dengan menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hukumnya, dan mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang indrawi ( konkrit )2 atau mendekatkan salah satu dari dua mahsus dengan yang lain dan menganggap salah satunya sebagai yang lain.
Dengan demikian, maka kata amsal Qur’an tidak dapat diartikan dengan arti estimologis, Asy-sybih dan An-nazir. Juga tidak dapat diartikan dengan pengertian yang disebutkan dalam kitab- kitab kebahasaan yang dipakai oleh para pengubah masal- masal sebab ansal Qur’an bukanlah perkataan- perkataan yang dipergunakan untuk menyerupakan sesuatu dengan isi perkataan itu. Oleh karena itu mak definisi yang lebih cocok dengan pengertian amsal dalam Qur’an, yaitu menonjolkan makna dalam bentuk ( perkataan ) yang menarik dan padat serta mempunyai pengaruh mendalam terhadap jiwa, baik berupa tasybih ataupun perkataan bebas ( lepas, bukan tasybih ).
B. SEJARAH AMTSAL QUR’AN
Orang pertama yang mengarang Ilmu amtsal Al-Qur’an adalah Syekh Abdur Rahman Muhammad bin Husein An-Naisabuni ( wafat tahun 406 H ), kemudian dilanjutkan oleh Imam Abdul Hasan bin Muhammad Al-Mawardi ( wafa tahun 450 H ), yang kemudian dilanjutkan lagi oleh Imam Syamsudin Muhammad bin Abi Bashrin Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah ( wafat tahun 754 H ).
C. . UNSUR-UNSURAMTSALDALAMAL-QUR’AN
Sebagian Ulama mengatakan bahwa Amtsal memiliki empat unsur, yaitu:
1. Segi perumpamaan
2. Alat yang dipergunakan untuk tasybih
3. Yang diperumpamakan
4. Sesuatu yang dijadikan perumpamaan
1. Segi perumpamaan
2. Alat yang dipergunakan untuk tasybih
3. Yang diperumpamakan
4. Sesuatu yang dijadikan perumpamaan
D. MACAM-MACAM AMTSAL DALAM, AL-QUR’AN
Amtsal di dalam Al-Qur’an ada 3 macam,
1. Amtsal musarrahah
2. Amtsal kaminah
3. Amtsal mursalah
Yang pertama amtsal musarrahah yaitu amtsal yang di dalamnya dijelaskan dengan lafazh matsal atau sesutau yang menunjukkan tasybih. Amtsal demikian banyak ditemukan dalam Al-Qur’an, seperti firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 17-20 yang bermakna :
“ Perumpamaan ( matsal ) mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingyna,Allah menghilangkan cahaya ( yang menyinari )merekadan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka ini bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali ( ke jalan yang benar ). Atau seperti orang- orang yang ditimpa hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat… Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu ( QS. 2: 17-20 )
Kedua, amtsal kaminah yaitu amtsal yang didalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafazh tamtsil ( permisalan ) tetapi menunjukan makna- makna yang indah, menarik, dalm kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya.
Berikut beberapan contoh mengenai amtsal kaminah yang terdapat dari firman- firman Allah:
Firmannya mengenai nafkah,
“ Dan mereka yang apabila membelanjakan ( harta ), mereka tidak berlebih= lebihan dan tidak ( pula) kikir, dan adalah ( pembelanjaan itu ) di tengah- tengah antara yang demikian (QS. 25 : 67 )
FirmanNya mengenai salat,
“ Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan jangan pula merendahkannya, dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” ( QS. 17 : 110 )
FirmanNya mengenai infaq,
“ Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan ( pula ) terlalu mengulurkannya. “ ( QS. 17 : 29 )
Yang ketiga, amtsal mursalah adalah kalimat- kalimat bebas yang tidak menggunakan lafazh tasbih secara jelas, tetapi kalimat- kalimat itu berlaku sebagai matsal.
Berikut ini terdapat beberapa contoh amtsal mursalah:
“ Bukankah subuh itu sudah dekat. “ ( QS. 11:81 )
“ Dan rencana jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri.“ (QS. 11:81 )
“ Tiap- tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sis mereka masing- masing. “ (QS. 23:53 )
E. CIRI- CIRI AMTSAL
Terdapat 3 ciri- ciri amtsal, yaitu:
Pertama, amtsal itu mengandung penjelasan atas makna yang samar atau abstrak, sehingga menjadi jelas, kongkrit dan berkesan.
Kedua, amtsal itu memiliki kesejajaran antara situasi perumpamaan yang dimaksudkan dengan padanannya
Ketiga, ada keseimbangan diantara perumpamaan dan keadaan yang dianalogkan.
F. FAEDAH- FAEDAH AMTSAL
Amtsal memberikan kontribusi yang besar dalam daya piker bagi umat Islam dalam mendalami pemahaman terhadap Al-Qur’an. Beberapa faedah amtsal adalah sebagai berikut:
Pertama, menonjolkan sesuatu ma’qul ( yang bias dijangkau akal, abstrak ) dalam bentuk konkrit yang dapat dirasakan indra manusia, sehingga akal mudah menerimanya. Contohnya:
“ Maka perumpamaan oran gitu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah bersih. Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan. “ (QS. 2 : 264 )
Kedua, menyingkapkan hakikat- hakikat dan mengemukakan sesuatu yang tidak tampak seakan- akan sesuatau yang tampak. Contohnya:
“ Merekayang memakan ( mengambil ) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinys orang yang kamasukkan setan lantaran ( tekanan ) panyakit gila.” ( QS. 2: 275 )
Ketiga, mengumpulkan makna yang menariklagi indah dalam ungkapan yang padat, seperti amtsal kaminah dan mursalah pada ayat- ayat diatas.
Keempat, mendorong orang yang diberi masal untuk berbuat sesuai dengan isi masal, jika itu merupakan sesuatu yang disenangi jiwa.contohnya :
“ Perumpamaan ( nafkah yan gdi keluarkan oleh ) orang- orang yang menafkahkan harta mereka di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap- tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan ( ganjaran ) bagi siapa yang Ia kehendaki. Dan Allah Mahaluas ( karunia- Nya ) lagi Maha mengetahui. “ ( QS.2:261 )
Kelima, menjauhkan orang yang di beri masal untuk berbuat sesuai dengan isi matsal, jika itu merupakan yang di benci jiwa. Contohnya:
“ Dan janganlah sebaigan kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kamu merasa jijikkepadanya. “
( QS. 49:12 )
Keenam, untuk memuji orang yang diberi masal. Seperti firman-Nya tentang para sahabat:
“ Demikian perumpamaan ( masal ) mereka dalam Taurat dan Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi hesarlah ia dan tegak lurus di atas pokoknay. Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan hati orang kafir ( dengan kekuatan orang mukmin ).” (QS. 48:29 )
Ketujuh, untuk menggambarkan sesuatu yang mempunyai sifat yang dipandang buruk oleh orang banyak. Contohnya:
“ Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat- ayat Kami ( pengetahuan tentang isi al-Kitab ), kemudian ia melepaskan diri dari aya- ayat itu, lalu ia diikuti oleh syaiton ( sampai tergoda ),maka jadilah ia termasuk orang- orangyang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan ( derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi ia cenderung kepada dunia dan memperturutkan nafsunya yang rendah, maka perumpamaan ( masal)nya seperti anjing jika kamu manghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya ia menjulurkan lidahnya juga. Demikian itulah perumpamaan ( masal ) orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah ( kepada mereka ) kisah- kisah itu agar mereka berpikir. “ ( QS. 7: 175-176 )
Kedelapan, amsal lebih berpangaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih kuat dalam memberikan peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati.
“ Dan sungguh Kamitelah membuat bagi manusia di dalam Qur’an ini setiap macam perumpamaan ( masal ) supaya mereka dapat pelajaran. “ ( QS. 39:27 )
Nabi juga membuat masal dalam hadisnya. Para da’i yang menyeru manusia kepada Allah mempergunakannya di setiap masa untuk menolong kebenaran dan menegakkan hujjah. Para pendidik pun menggunakannya sebagai media untuk menjelaskan dan membangkitkan semangat.